Oleh : Siddiqurrohman Abad Arz
Minal
Jaamiah ila al-raiyyah
(Dari
kampus untuk masyarakat)
Nusron
Wahid- Puncak, 10 September 2005
PENDAHULUAN
Mengkaji kembali
format kaderisasi PMII sebagai sebuah proses penyadaran dan optimalisasi pengembangan
PMII di berbagai sector.
•
Alur perubahan
masyarakat menuntut adanya
(1) spesialisasi,
(2) profesionalisme
(3) sinergi antar
potensi (kemampuan manajerial).
•
Tiga basis
tuntutan tersebut; hanya dijawab lewat masyarakat kampus.
•
Setting kampus
akan mempengaruhi setting masyarakat
(ingat jargon: Student activist now; leader society tomorrow)
(ingat jargon: Student activist now; leader society tomorrow)
•
PMII sebagai
organisasi kampus, harus berorientasi kampus.
•
Kenyataannya PMII
makin “redup” di basis kampus.
•
Siapa menguasai
kampus, bakal menguasai masyarakat.
•
Sebaliknya siapa
“redup” di kampus, bakal hanyut dan tenggelam di masyarakat.
A.
Realitas internal
a. Masalah Umum:
1.
Kaderisasi formal
terdesentralisasi. Struktur
diatas, merasa tidak berkewajiban mendampingi dan mengontrol kaderisasi formal
yang dilakukan oleh struktur dibawahnya, _(Kader Bodong-Sertifikat bodong)_
Tidak ada efek dari kaderisasi formal terhadap penguatan basis.
2.
Kaderisasi Non
Formal dan informal tidak terkoneksi dalam pola kaderisasi yang utuh (sebatas
seremonial dan program kerja semata).
3.
Pola rekruitmen
Kepemimpinan dan Kepengurusan diberbagai level lemah, tanpa sistem.
b. Masalah di HULU:
1.
Pemateri Senior
tidak sinergi dalam visi kaderisasi struktur (asyik dengan pamahaman sendiri
dan romantisme pribadi).
2.
Minim “instruktur
berkualitas” di MAPABA, PKD dan PKL (lebih banyak pemateri dadakan dari yang
dijadwalkan, bahkan tidak jarang pemateri tsb kurang kualified).
Ø PKN > Motivator
&Mentor Instruktur PKL
Ø PKL > Mujtahid – Instruktur PKD
Ø PKD > Mujahid – Fasilitator Mapaba
Ø MAPABA > Mu’takid – Moderator Forum
Mu’takid: Meyakini bahwa
PMII adalah jalan yang benar dan Mendapat Ridho Allah
Mujahid: Siap berjihad
atasnama nilai2 PMII
Mujtahid: Konseptor Gerakan
c. Masalah di PROSES:
1.
Tidak ada
standarisasi materi wajib diberbagai level kaderisasi, sehingga membedakan
pemahaman kader terhadap materi wajib (aswaja, NDP, ke-PMII-an dan Paradigma).
2.
Tidak ada
standarisasi screening peserta (layak atau tidak untuk mengikuti tahapan
kaderisasi).
3.
Tidak ada “efek
sistemik positif” output dalam setiap jenjang kaderisasi terhadap pengembangan
PMII. Tidak ada standarisasi penilaian kelulusan Mapaba, PKD dan PKL.
4.
Tidak terbangun
kedisiplinan peserta, bahkan disebabkan oleh ketidak disiplinan panitia dan
pemateri senior.
B.
Dinamika eksternal
1.
Dinamika Politik Demokrasi Butuh kepemimpinan organisasi yang kuat, terampil, akuntabel, transparan
dan professional
2.
UU 40/2009
memaksa PMII melakukan restrukturisasi dan perbaikan pola kaderisasi. Pembatasan
Usia Pemuda (16-30) menjadi tantangan melahirkan pemimpin dan kader muda
ideologis, profesional dan multi talenta
3.
MEA, AFTA 2015, menuntut PMII untuk berkompetisi segera dan harus menang
4.
Era Informasi,
menuntut PMII jeli menganalisa dan
menguasai Media Informasi beserta Hiperrealitasnya. Untuk kepentingan NKRI dan
ajaran Islam Aswaja.
5.
Isu Terorisme
menjadi beban PMII dalam menunjukkan teladan Islam Rahmatan Lil
Alamin, kader2 yang Religius, moderat dan cinta damai.
6.
Globalisasi dan persaingan multidimensi Menuntut PMII mampu berinovasi dalam
mengoptimalkan potensi kader
7.
Kapitalisme dan
Industrialisasi menuntut PMII mampu
melahirkan Kader2 enterpreneur dan profesional muda,
C. Dinamika Nasional dan Global (Perang
Ideologi & Perebutan Kepentingan)
1.
Hegemoni Birokrasi Akademik Neo Masyumi (HMI) menguasai sistem sejak Orde
Baru
2.
Monopoli basis
ekonomi dan pasar (Enterpreneurship)
oleh kalangan ekspatriat dan dinasti konglomerat
3.
Dominasi wacana
gerakan oleh PSI, FAM, dan Gerakan
Buruh, Gerakan Kiri Serta gerakan
primordial kedaerahan
4.
Hegemoni basis
massa dan wacana keislaman/gerakan dakwah oleh
kelompok Wahabi dan Tarbiyah
(KAMMI, Gema Pembebasan, MMI dll) yang melakukan kaderisasi dengan sistim
cell dan penguasaan ruang opini publik; media sosial, buletin jumat, majalah,
buku panduan keagamaan dan website/blog.
5.
Dominasi
Pengetahuan, sciens dan kajian ilmiah (riset dan Informasi Teknologi) oleh
kelompok Neo Wahabi, Neolib , China dan PSI
D. Bagaimana Menjawab Realitas
Diatas?
1. Konsolidasi Ideologi –
Ahlussunnah Wal Jamaah
2. Konsolidasi Organisasi –
Penguatan Manajemen Organisasi
3. Konsolidasi Potensi –
Fasilitasi Distribusi Kader
Ø WAJIB Membangun Unit-unit Strategis di dalam Organisasi
Mulai dari PB, PKC, PC, Komisariat dan Rayon
Yaitu: (Majelis Dzikir,
Forum Kajian&Lembaga pers, Lembaga Advokasi, Lembaga Bantuan hukum,
Kewirausahaan&Koperasi, dll)
E. Output/Outcome Kaderisasi Pmii
1.
Merebut Kepemimpinan Moral – Spiritual. Menghidupkan Kembali dan Merebut Semua Aktivitas Sosial dan Keagamaan.
2. Merebut Kepemimpinan
Intelektual – Akademis. Menghidupkan
Kembali dan merebut Aktivitas Kajian&Literasi (Diskusi & Menulis)
berbasis Fakultatif dan Kajian Kebangsaan.
3. Merebut Kepemimpinan
Pergerakan di Kampus dan Masyarakat. Menghidupkan
Kembali dan merebut Aktivitas Advokasi dan Pendampingan Masyarakat Mustad’Afin.
F.
Merebut Kekuasaan the leading sector.
4.
Merebut Kepemimpinan Kampus – HMJ – SEMA/BPM – BEM – UKM –
5.
Merebut Kepemimpinan Profesional – Akademisi/Dosen/Rektor – Pengusaha –
6.
Merebut Kepemimpinan Politik Kenegaraan – Politisi – Negarawan –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar