Analisis historis asimiliasi PMII Surabaya: “BASIS SKIL SEKTOR KADER”


1.      Nilai Sejarah kota Surabaya

            Surabaya adalah kota yang mempunyai cermin sejarah kuat dan terikat dalam menyajikan rentetan garis perjuangan sehingga memantulkan manuskrip moment yang mampu mengalirkan semangat kepada para pahlawan dan warganya. Kemudian muncullah nama kota pahlawan yang menjadi symbol penghargaan kepada para pejuang negeri ini. Di indonesia sebutan kota pahlawan hanya ada di surabaya dan di dunia hanya ada di Soviet yang dahulu mendeklarasikan 10 kota pahlawan setelah perang duania ke dua. Bagaimana dengan PMII yang lahir di kota pahlawan ini dan cabang PMII Surabaya yang juga ada di kota ini, akankah ada efek tertentu yang bisa  diserap sebagai nilai perjuangan? Tentu ada. Justru nilai dari kota ini harus mampu diserap agar menjadi cirikhas penting dalam pembetukan karakter kader-kadernya. Tentu bukan hanya secara lisan di ucapkan bahwa kader PMII surabaya adalah seorang pahlawan karena pernah mendengarkan bahwa kota ini mempunyai simbol khusu seperti diatas. Hal paling realistis adalah dengan mengetahui lembar sejarah perjuangan para pahlawan terdahulu dan dengan mengenal berbagai monument (Simbol bentuk) yang masih ada di surabaya.

           Predikat Kota Pahlawan dianugerahkan kepada Surabaya, untuk mengabadikan “Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”. Tidak hanya berawal dari peristiwa heroik sekitar 10 November 1945 saja, tetapi dikaitkan dengan sejarah terbentuknya ranah perkampungan Surabaya. Itupun berlanjut hingga masa perjuangan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia itu sendiri. Artinya, semangat juang Arek Suroboyo itu sejak dari zaman Majapahit, saat kelahiran Surabaya, dipertahankan sepanjang masa.
           Sebenarnya itulah hakekat yang diinginkan oleh Dwitunggal Proklamator Kemerdekaan Republik Indo-nesia, Soekarno-Hatta. Mereka berdua, sebagai saksi sejarah tentang semangat kepahlawanan Arek-arek Suroboyo (Putra-Putra Surabaya) dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Bung Karno juga terkesan dengan peristiwa perobekan bendera di Hotel Orange atau Hotel Yamato di Jalan Tunjungan yang dikenal dengan “insiden bendera” tanggal 19 September 1945. Apalagi sejak saat itu, kegiatan perlawanan masyarakat Surabaya terhadap penjajah dan kaum kolonial semakin hebat dan gigih, maka tak pelak lagi Bung Karno dan Bung Hatta, langsung datang ke Surabaya. Hingga terjadi puncak perjuangan Arek Suroboyo, tanggal 10 November 1945.

           Julukan sebagai Kota Pahlawan, juga dikaitkan dengan sejarah Surabaya. Sewaktu tahun 1293, lebih 724 tahun atau tujuh abad yang silam, Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit berjuang mengusir Tentara Tartar yang dipimpin Khu Bilai Khan, tidak lepas dari peranserta rakyat Surabaya yang waktu itu masih bernama Hujunggaluh atau Junggaluh.

           Tugu Pahlawan menjadi simbol kemenangan Indonesia atas perlawanan Belanda oleh arek arek Suroboyo. Momumen ini terletak di tengah-tengah kota Surabaya, dibangun disebuah tempat bekas reruntuhan gedung yang hancur dalam pertempuran di kota ini pada tanggal 10 Nopember 1945. Tempat ini juga terkenal dimana para pejuang menurunkan bendera Belanda yang mengakibatkan pemimpin Belanda yang bernama Jenderal Mallaby tewas. Tugu yang berbentuk seperti paku terbalik ini memiliki diameter bawah tugu lebih besar dari diameter atasnya. Tugu ini memiliki tinggi 41,15 meter atau 45 yard dan diameter 3,1 meter, yang semakin ke atas, diameter semakin kecil. Selain Tugu Pahlawan, di area ini terdapat patung mantan Presiden Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Mohammad Hatta ketika sedang membaca proklamasi kemerdekaan.

           Patung ini berada diantara pilar-pilar tinggi yang menyerupai reruntuhan suatu bangunan dan terdapat beberapa patung pahlawan lainnya ada di area ini. Monumen berbentuk tugu ini mempunyai beberapa filosofi dalam konstruksi bangunannya antara lain 10 lengkungan (canalurus) pada badannya yang melambangkan tanggal 10. Sedang 11 bagian (gelindingen) di atasnya mengandung pengertian bulan ke 11 atau bulan November. Tinggi yang 45 yard itu dengan sendirinya menyatakan tahun 1945 sebagai tahun terjadinya pertempuran di Surabaya. Keistimewaan Tugu Pahlawan ini adalah bahwa di bagian dalamnya terdapat tangga yang melilit dindingnya untuk naik sampai puncaknya. 

           Berikut beberapa symbol bentuk yang perlu diketahui untuk bisa mendiskripsikan menjadi sebuah pengetahuan nilai yang kemudian mampu ditransformasikan ke dalam pribadi masing masing person kader PMII Surabaya.
  •   Monumen
1.      Monumen Bambu Runcing
2.      Monumen Jenderal Soedirman
3.      Monumen Mayangkara
4.      Monumen Gubernur Soeryo
5.      Monumen Tugu Pahlawan
6.      Monumen Wira Surya
7.      Monumen Kapal Selam
8.      Monumen Bahari
9.      Monumen Jalesveva Jayamahe
10.  Monumen Perjuangan POLRI
11.  Monumen Ronggolawe
  •   Patung
1.      Patung Sura & Baya
2.      Patung Joko Dolog
  •   Museum
1.      Museum Loka Jaya Srana
2.      Museum Mpu Tantular

Tidak ada komentar:

Posting Komentar